Senin, 14 November 2011

Rabun Senja


PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Vitamin A atau retinol adalah senyawa yang larut lemak yang ditemukan di dalam hati, khususnya pada hati ikan, unggas, daging, dan produk susu.  Vitamin A nama generik dari semua zat yang memiliki aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A terdiri dari kelompok retinoids & karotenoids. Sekitar 50-90% retinol diabsorbsi di usus halus dan ditransport lalu bergabung dengan kilomikron menuju hati lalu disimpan sebagai retinol palmitat. Ketika dibutuhkan, retinol akan dilepaskan ke pembuluh darah dan berkombinasi dengan retinol binding protein (RBP). Ketika asupan vitamin A terus menerus berkurang untuk jangka waktu yang lama, cadangan dalam hati akan menipis, tingkat serum retinol akan turun, fungsi epitel terganggu, dan tanda-tanda xerophthalmia terlihat.
Banyaknya masalah defisiensi vitamin A di dunia diperkirakan berdasarkan survey klinik di seluruh dunia, sekitar 350.000 kasus baru kerusakan mata yang parah muncul setiap tahunnya pada anak-anak usia prasekolah, dan diperkirakan 60% dari anak-anak ini meninggal dalam waktu 1 tahun setelah menjadi buta. Teknik baru yang diterapkan pada survey untuk menilai defisiensi vitamin A menunujukkan bahwa pada negara berkembang terdapat 40-60% populasi anak prasekolah yang mengalami defisiensi vitamin A secara subklinis.
Pada tingkat kesehatan masyarakat, defisiensi vitamin A terdapat pada lingkungan sosial, ekonomi dan ekologi yang sangat minim dan puncaknya terjadi selama masa kekurangan makanan dan setelah epidemik campak dan diare serta penyakit infeksi lainnya. Manifestasi yang paling awal dari defisiensi vitamin A adalah rabun senja. Penyakit ini paling banyak dialami oleh anak-anak, pada anak berusia 1 sampai 3 tahun hal ini bisa terjadi karena tidak lama setelah disapih anak tersebut diberikan makanan yang tidak mengandung vitamin A (Sommer 1978).
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mengetahui definisi rabun senja, mengetahui etiologi, tanda dan gejala rabun senja, mengetahui patofisiologi rabun senja, mengetahui pengobatan untuk rabun senja, dan mempelajari anjuran gizi untuk rabun senja.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Rabun Senja
Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan penglihatan kala senja atau malam hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang. Banyak juga menyebutnya sebagai rabun ayam, mungkin didasari fenomena dimana ayam tidak dapat melihat jelas di senja atau malam hari. Rabun senja merupakan penyakit dengan keluhan tidak dapat melihat dengan baik dalam keadaan gelap (waktu senja). Rabun senja ini merupakan manifestasi defisiensi vitamin A yang paling awal. Pada rabun senja, mata terlihat normal hanya saja penglihatan menjadi menurun saat senja tiba atau tidak dapat melihat di dalam lingkungan yang kurang cahaya. Rabun senja paling banyak dialami oleh anak-anak, pada anak berusia 1 sampai 3 tahun hal ini bisa terjadi karena tidak lama setelah disapih anak tersebut diberikan makanan yang tidak mengandung vitamin A. (Sommer 1978).
Etiologi Rabun Senja
Rabun senja terjadi karena kerusakan sel retina yang semestinya bekerja saat melihat benda pada lingkungan kurang cahaya. Banyak hal yang dapat menyebabkan kerusakan sel tersebut, tetapi yang paling sering akibat dari kekurangan vitamin A. Retinol penting untuk elaborasi rodopsin (penglihatan remang-remang) oleh batang, reseptor sensori retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan dalam cahaya tingkat rendah. Oleh karena itu, defisiensi vitamin A dapat mengganggu produksi rodopsin, mengganggu fungsi batang sehingga menimbulkan rabun senja. Penyebab lain adalah mata minus, katarak, retinitis pigmentosa, obat-obatan, dan bawaan sejak lahir. Untuk mengetahui penyebabnya, biasanya dokter mata melakukan serangkaian pemeriksaan, baik fisik maupun laboratorium. Kelompok yang rentan terkena xerophthalmia adalah bayi yang tidak mendapatkan ASI ekslusif / tidak mendapatkan pengganti ASI yang baik dan cukup baik dari segi jumlah maupun kualitasnya), bayi yang lahir dengan berat badan rendah (BBLR) kurang dari 2,5 kg, anak-anak yang kekurangan gizi, anak-anak yang menderita infeksi (TBC, campak, diare, pneumonia), anak-anak yang kurang / jarang makan makanan yang mengandung vitamin A. Selain bayi dan anak-anak, ibu hamil dan menyusui juga rentan terkena xerophthalmia.

Tanda dan Gejala Rabun Senja
Rabun senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina. Tanda dan gejala pada penderita rabun senja adalah pada daya pandang menurun, terutama pada senja hari atau saat ruangan keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang remang-remang atau kurang setelah lama berada di cahaya terang. Penglihatan menurun pada senja hari, yaitu penderita tidak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut juga buta senja. Terjadi kekeringan mata, dan bagian putih menjadi suram, dan sering pusing. (Wijayakusuma 2008). 
Rabun senja dapat dideteksi jika anak sudah bisa berjalan, anak tersebut akan sering membentur atau menabrak benda yang berada di depannya karena tidak dapat melihat maka dapat dicurigai bahwa anak tersebut menderita rabun senja. Jika anak belum dapat berjalan, agak susah mendeteksinya. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila didudukkan ditempat kurang cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya (Sommer 1978).
Patofisiologi Rabun Senja
Bentuk penyimpanan dalam hati dalam bentuk retinol sebagai asupan dari vitamin A dan beta carotene. Ketika asupan vitamin A melebihi 300-1200 µg/hari, kelebihan akan disimpan dan cadangan di hati meningkat. Ketika asupan vitamin A kurang dari jumlah yang dibutuhkan, cadangan retinol dalam hati akan dikeluarkan untuk memelihara serum retinol pada tingkat normal (di atas 200 µg)). Ketika asupan vitamin A terus menerus berkurang untuk jangka waktu yang lama, cadangan dalam hati akan menipis, tingkat serum retinol akan turun, fungsi epitel terganggu, dan tanda-tanda xerophthalmia terlihat.
Retinol penting untuk elaborasi rodopsin (penglihatan remang-remang) oleh batang, yaitu reseptor sensori retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan dalam cahaya tingkat rendah. Defisiensi vitamin A dapat mengganggu produksi rodopsin, mengganggu fungsi batang sehingga menimbulkan rabun senja. Durasi ketidakcukupan asupan terjadi tergantung dari jumlah vitamin A yang dicerna, tingkat penyimpanan hati, dan tingkat penggunaan vitamin A yang digunakan oleh tubuh. 
Anak-anak dengan status gizi buruk, asupan vitamin A yang sangat sedikit akan memiliki cadangan yang terbatas. Ketika asupan vitamin A tidak ada dari diet atau terjadi gangguan penyerapan dan terjadi peningkatan kebutuhan. metabolisme dapat secara cepat menghabiskan cadangan retinol dalam hati dan merusak kornea, walaupun mata pada saat itu masih terlihat normal. Ketersediaan vitamin A juga tergantung pada status gizi anak secara keseluruhan. Jika asupan protein kurang maka sintesis RBP pun akan menurun. Serum Retinol akan menurun walaupun cadangan di hati normal. Akhirnya, hati tidak dapat menyimpan lagi vitamin A atau mensisntesis RBP secara normal (Sommer 1978).
Pengobatan Rabun Senja
Rabun senja atau nyctalopia merupakan kondisi dimana sulit atau tidak dapat melihat di kala malam atau di cahaya yang redup. Rabun senja dapat terjadi karena kongenital (bawaan), rabun dekat (hipermetropia) yang tidak dikoreksi, penyakit mata (retinitis pigmentosa, glaukoma, katarak), dan defisiensi (kekurangan) vitamin A. Pengobatan yang dilakukan akan tergantung dari penyebab dasar dari rabun senja. Sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter spesialis mata untuk dilakukan pemeriksaan mata secara lengkap dan diberikan pengobatan sesuai penyebab. Pengobatan rabun senja tergantung pada penyebabnya. Jika karena kekurangan vitamin A, maka harus diberikan vitamin A dalam jumlah yang cukup, baik berupa suplemen maupun dari makanan sehari-hari. Jika karena katarak, maka katarak sebaiknya dioperasi.
Semua anak yang beresiko pada kerusakan kornea yang dikaitkan dengan defisiensi vitamin A harus diidentifikasi secara jelas, diantaranya semua yang telah terbukti mengalami xerophthalmia (rabun senja hingga keratomalacia). Menginjeksikan vitamin A secara intramuscular sebanyak 55 mg retinol palmitat (100.000 IU). Jika secara parenteral tidak tersedia, dapat diberikan sebanyak 110 mg retinol palmitat (200.000 IU) dalam air atau minyak, melalui mulut. Sebagai tambahan, 110 mg retinol palmitat (200.000 IU) dapat diberikan melalui mulut pada hari berikutnya untuk memastikan pengobatan yang cukup. Dosis sebaiknya berkurang setengah dari jumlah yang seharusnya pada anak berusia kurang dari satu tahun. Sebaiknya pengobatan dilakukan selama 2-6 bulan. Salep antibiotik kadang digunakan setiap 8 jam untuk mengurangi resiko infeksi bakteri. Antibiotik yang digunakan sebaiknya dipilih yang sesuai dengan jenis organism, seperti Staphylococcus dan Pseudomonas. Reaksi pengobatan terlihat dalam 1-2 hari setelah diberikan kapsul vitamin A (Sommer 1978).

Anjuran Gizi pada Rabun Senja
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang vital untuk menjaga kesehatan. Vitamin A tidak hanya bertanggung jawab pada kesehatan mata, tapi juga kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan rendahnya respons imun, kesuburan, ganggguan pada pertumbuhan, serta rendahnya perkembangan mental. Selain itu kelainan pada mata (xerophthalmia) dan buta senja merupakan sebagian contoh kekurangan vitamin A. Xerophthalmia yang tidak segera diobati dapat menyebabkan kebutaan. Salah satu upaya untuk mencegah kekurangan vitamin A adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, seperti nabati (karoten), hewani (retinol). Sayuran berdaun hijau (kangkung, bayam, daun pepaya, dll), buah-buahan yang berwarna orange (wortel, pepaya), susu, daging, hati, telur. Vitamin A juga dapat ditemukan di suplemen, seperti susu bubuk, kapsul vitamin A.
Menurut hasil temuan para ahli di bawah koordinasi WHO (tahun 2000) dan pertemuan-pertemuan yang dikoorinasi oleh IVACG (International Vitamin A Consultative Group), anjuran pemberian vitamin A adalah sebagai berikut :
1. Bayi 0 hingga 6 bulan adalah sebanyak 3 x 50.000 IU.
2. Bayi 6 hingga 11 bulan adalah sebanyak 100.000 IU (kapsul biru).
3. Bayi 12 hingga 59 bulan adalah sebanyak 200.000 IU (kapsul merah)
4. Ibu masa nifas adalah sebesar 400.000 IU (2X 200.000 IU pada hari yang berbeda).
5. Ibu setelah masa nifas (ada juga kemungkinan sebagian hamil) adalah sebesar 10.000 IU/ hari atau 25.000 IU/ minggu (Hutahuruk 2009)

Tujuan pada diet untuk penderita rabun senja adalah memberikan makanan yang cukup sesuai kebutuhan untuk mencapai status gizi normal dan memberikan makanan sumber vitamin A untuk mengoreksi kurang vitamin A. Syarat diet pada penderita rabun senja adalah :
a. Energi
Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi
sumber energi dan untuk penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan
bertahap mengikuti fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi, yaitu 80-100
kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200 kalori/ kg BB.
b. Protein
Protein diberikan tinggi, mengingat peranannya dalam pembentukan
Retinol Binding Protein (RBP) dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan bertahap, yaitu 1 Ð 1,5 gram/ kg BB / hari ; 2 Ð 3 gram/ kg BB / hari dan 3 Ð 4 gram/ kg BB / hari
c. Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal.
Pemberian minyak kelapa yang kaya akan asam lemak rantai sedang
(MCT=Medium Chain Tryglycerides). Penggunaan minyak kelapa sawit
yang berwarna merah dianjurkan. 

DAFTAR PUSTAKA
Wijayakusuma H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Jakarta : Pustaka Bunda
Hutahuruk J. 2009 Pencegahan Kebutaan pada Anak. Jakarta : Gramedia Pustaka. 
Sommer A. 1978. Field Guide to the Detection and Control of Xerophthalmia. Geneva : WHO. 
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar